Minggu, 17 Februari 2013

Truck Brimob di Tengah Tsunami

Gempa bumi disertai gelombang pasang (Tsunami) yang terjadi di penghujung tahun 2004 silam telah menyapu beberapa wilayah lepas pantai di Indonesia (Aceh dan Sumatera Utara), Sri langka, Bangladesh, Malaysia, Maladewa dan Thailand. Korban paling banyak tentunya diderita oleh Indonesia

Di tengah terjangan tsunami tersebut ada kisah heroik pengorbanan pasukan Brimob untuk menyelamatkan warga di tengah tsunami. Cerita ini penulis dengar langsung dari anggota brimob saat ngobrol santai di lapangan tembak Brimob Polda Kalsel. Sayangnya penulis tidak sempat bertanya siapa nama beliau.

Saat itu beliau di tugaskan dalam misi keamanan di Aceh bersama rekan-rekan beliau yang lain. Satu pasukan Brimob tersebut tengah bertugas di markas Brimob tiba-tiba terjadi gempa. pasukan tersebut mengetahui bahwa setelah gempa tersebut usai akan ada terjangan tsunami sehingga dengan sigap melakukan evakuasi markas. Truk pengangkut sudah dinyalakan dan siap berangkat. Masyarakat di sekitar markas banyak yang meminta pertolongan untuk ikut sehingga truk-truk tersebut tidak kunjung berangkat hingga masyarakat dapat terangkut semua.

Namun, evakuasi tersebut tidak berjalan mulus, evakuasi kalah cepat dengan terjangan tsunami sehingga truk-truk brimob beserta pasukan brimob dan masyarakat di dalamnya dengan cepat tersapu tsunami. Anggota brimob yang menceritakan cerita inipun ikut hanyut terbawa tsunami. Di tengah hidup dan mati beliau berhasil meraih sebuah pohon dan bertahan di sana hingga tsunami reda. 

Beliau berhasil bertahan hidup dalam bencana alam tersebut namun banyak rekan-rekan beliau yang meninggal dunia ditelan bencana. Akan tetapi, yang menjadi kebanggaan adalah bahwa walaupun mereka meninggal namun mereka meninggal ditengah usaha menyelamatkan masyarakat dari bencana. hal ini sesuai dengan semboyan Brimob yang berbunyi, "JIWA RAGAKU UNTUK KEMANUSIAAN".

Tokoh Agama dan Sepeda Motor


Dua orang tokoh agama mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Mereka akhirnya diminta untuk berhenti oleh seorang polisi karena kecepatannya melebihi kecepatan maksimum yang sudah ditetapkan.

“Apa yang anda lakukan? Anda mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi.”

Salah satu dari mereka berkata, “Kami mengendarai sepeda motor ini hanya sekedar putar-putar… lihatlah motor ini memang sangat bagus dan kencang larinya.”

Si Polisi menggeleng-gelengkan kepalanya, “Bagaimana pun juga, saya harus menilang anda. Mengemudi seperti itu sangat membahayakan jiwa anda. Bagaimana kalau anda mengalami kecelakaan?”

Kemudian ia berkata lagi, “Jangan khawatir, Dia beserta kami.”

Si Polisi berkata, “Wah, kalau begitu saya harus benar-benar menilang anda, karena tiga orang dilarang berada dalam satu motor sekaligus.”

http://www.malau.net/tag/polisi/

Senin, 11 Februari 2013

Jiwa Ragaku Untuk Kemanusiaan


Penugasan ke daerah konflik bukanlah penugasan yang diperebutkan banyak orang, bukan pula penugasan yang saat berangkat dihantarkan dengan kalungan bunga dan disambut karpet merah saat pulang serta guyuran materi sebagai reward. (Mengenang Briptu Anumerta Eko Afriansyah, Amd Kep yg telah gugur di daerah konflik)

Penugasan ini sepi dari publikasi, namun merupakan tugas rutin Korps Brimob Polri dalam menanggulangi kejahatan berkadar tinggi dan mengandung risiko tinggi demi mempertahankan dan memelihara Kamtibmas serta keutuhan NKRI. Satuan Tugas Operasi (Satgas Ops) Aman Matoa 2011 di bawah pimpinan Kasatgas Kombes Pol. Drs. Leo Bana Lubis mengirimkan personelnya ke Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Paniai yang merupakan kantung-kantung kelompok separatis TPN/OPM.

Sebagai tenaga medik Bripda Eko Afriansyah bersama AKP Dr. Sulistyo Purbo, Iptu dr Sigit Sutanto dan briptu Sugiyono yang mengemban fungsi Dukkeslap (dukungan kesehatan lapangan) ditugaskan mendampingi pasukan di wilayah Kabupaten Puncak Jaya. Sebagai tenaga kesehatan yang telah disumpah untuk mengabdi demi kemanusiaan, di daerah konflik tugas mereka tidak terbatas hanya melayani anggota Brimob, namun juga Polisi umum serta masyarakat sipil yang membutuhkan pertolongan.


Bripda Eko yang lahir di Palembang 2 April 1986 adalah lulusan D3 Ilmu Keperawatan Akper Pemkab Muba, Sumatera Selatan. Bripda Eko bergabung dalam Korps Brimob melalui Diktuk Ba Angkatan XIX Pusdik Brimob Watukosek tahun 2009. Almarhum semasa hidupnya merupakan pribadi yang santun, taat beribadah, loyal, rajin bekerja dan sigap dalam bertugas, ia juga perawat yang trampil.



Hari Sabtu, 3 Desember 2011, Poskotis mendapat permintaan tenaga medik dan evakuasi untuk dua orang anggota Brimob Den C Biak yang sakit di Pos Tingginambut. Dua unit kendaraan roda empat Double cabin yang berisi 13 personel dikirimkan. Jalan menuju pos Tingginambut ditempuh dalam waktu kurang lebih dua jam perjalanan taktis melewati jalan berbatu dengan lereng curam dan perbukitan di kanan kirinya. Perjalanan berangkat tanpa hambatan dan tiba di Pos Tingginambut dengan selamat. Dua personel yang mengeluh sakit ditambah satu Caraka dibawa kembali ke Mulia. Dalam perjalanan pulang, serentetan tembakan dari ketinggian menghantam kendaraan kami dan mengenai Bripda Ferlyanto; Bripda Eko dan Bripda Syukur yang berada di mobil kedua. Bripda Eko dan Bripda Ferlyanto gugur, sedangkan Bripda Syukur terkena di paha kanan. Hanya karena perlindungan Tuhan, personel lain selamat dari maut.

Dalam keadaan mengenakan badge Palang Merah di lengan kanan yang jelas terlihat, Bripda Eko dihantam tembakan musuh. Tindakan kelompok TPN/OPM ini merupakan tragedi kemanusiaan yang menurut Hukum Humaniter harus dilindungi. Namun sayang hal ini tidak pernah dipermasalahkan oleh Komnas HAM maupun organisasi humanitarian lainnya kendati telah kami laporkan.

Hari ini Bripda Eko Afriansyah dari Sikesjas Korps Brimob dan Bripda Ferlyanto M Kaluku dari Sat I / Gegana gugur dalam tugas. Semboyan "Jiwa ragaku Untuk Kemanusiaan" benar-benar terlaksana. Keduanya gugur saat membantu mengevakuasi rekan-rekan mereka yang sakit dan membutuhkan pertolongan.

Selamat Jalan Briptu Anumerta Eko Afriansyah dan Briptu Anumerta Ferlyanto Muhammad Kaluku. Beristirahatlah dengan tenang, kami akan selalu mengenang jasamu, dedikasimu, keberanianmu dan keikhlasanmu dalam bertugas. Kami yang masih bertahan di tempat penugasan tidak akan mensia-siakan pengorbanan kalian. Kami akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Semangatmu selalu menyertai kami.

(Mulia, Puncak Jaya, Desember 2011)

SUMBER :
Majalah WARTA, Kedokteran Kepolisian dan Kesehatan
Edisi 92 Tahun 2012

Minggu, 10 Februari 2013

Allah SWT Menuntun Antasena 509



ALLAH SWT menyertai kami, begitulah yang diyakini Kompol Herry Nooryanto, komandan kapal patroli Dit Polair Baharkam Polri  Antasena 509 beserta awak kapalnya saat kapal tersebut berhasil bersandar di Kepulauan Mentawai. 

Gempa bumi yang disusul tsunami pada 25 Oktober 2010 yang lalu telah memporak-porandakan Kepulauan mentawai, tangis dan air mata keputusasaan mereka yang menjadi korban bencana tersebut seakan terus menari-nari di matanya ungkap Hery Nooryanto yang sepekan kemudian kembali dari Mentawai seusai membawa rombongan Polda Sumbar dalam sebuah misi kemanusiaan ke Mentawai.

Ayah satu anak ini pun bercerita pengalamannya bahwa tanpa campur tangan Allah SWT misi itu mustahil terlaksana. Sebab sejak berangkat memulai perjalanan, hambatan alam menghadang di depan. Cuaca ekstrem yang berubah-ubah,  sepanjang perjalanan diliputi kabut tebal disertai badai dan ombak yang tingginya mencapai 5 – 6 meter seringkali datang tiba-tiba. Hanya karena campur tangan Allah SWT maka Antasena 509 dapat berhasil mencapai tujuan.

Suatu ketika perahu karet kami yang membawa wartawan, personel Polda termasuk tim DVI Polda Sumbar diantaranya seorang dokter wanita yang hendak menjangkau pantai Dusun Pororogat dihempas gelombang setinggi tiga meter sehingga perahu karet terbalik dan menumpahkan seluruh penumpangnya ke air, namun Alhamdulillah semua selamat. Pernah di perjalanan memasuki Muara Selat Sikakap dihadang badai yang dating tiba-tiba disertai kabut. Hujan deras disertai gelombang setinggi 5-6 meter dating mengarah ke lambung kanan kapal. Tak tergambar kepanikan seluruh penumpang Antesena namun lagi-lagi Allah SWT selalu menyertai kami dan menyelamatkan kami.

 Kompol Hery Nooryanto, Sik (kiri) di tumpukan bantuan geladak kapal Antasena 509

Dalam misi kemanusiaan ini, kapal Antasena berhasil mendistribusikan seberat 2 ton bantuan serta memberikan pertolongan dan pengobatan terhadap pengungsi beberapa titik lokasi bencana yaitu Pororogat, Sabiren, Surak Aban, Mapinang, Malakopa, Sabeogukguk, Betumonga, Baru-Baru, Besowa, dan Siuban. Selama melakukan misi ini kemanusiaan ini, tim  juga menemukan 130 mayat. Alhamdulillah berkat bimbingan Allah SWT seluruh awak Antasena selamat hingga misi selesai dilaksanakan.

SUMBER :
Majalah Jagratara, The Police Magazine
Edisi 57 Desember 2010